Puasa
Ramadhan merupakan momentum ibadah yang paling ditunggu-ditunggu oleh seluruh
kalangan umat Islam. Sebab, dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa segala amal
ibadah di bulan Ramadhan dilipatgandakan pahalanya dan puasa juga merupakan
ibadah yang paling spesial di mata Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam
salah satu hadis qudsi yang berbunyi:
كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه
لي وأنا أجزي به
“Setiap
amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan
Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”. (HR
Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Fadhilah
puasa Ramadhan sebenarnya tidak hanya bersifat vertikal, yaitu hubungan hamba
dengan Tuhannya (habluminnallah), melainkan juga bersifat horizontal, yaitu
hubungan antara hamba dengan hamba (hablumminnas). Hal ini dibuktikan dengan
tujuan berpuasa yang terdapat di dalam beberapa dalil al-Qur’an dan Hadits.
Di
dalam al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan beberapa tujuan dari puasa, yaitu agar
kalian bertaqwa (QS al-Baqarah: 183), agar kalian bersyukur (QS al-Baqarah:
185), dan agar mereka bertaqwa (QS al-Baqarah: 187). Dari beberapa ayat
tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan berpuasa adalah agar manusia bertakwa
dan bersyukur.
Wujud
ketakwaan seorang hamba dijelaskan dalam QS al-Baqarah ayat 3 dan 4. Di kedua
ayat tersebut disebutkan bahwa wujud takwa itu ada 5 (lima), yaitu beriman
kepada yang gaib, melaksanakan sholat, berinfak kepada sesama manusia, beriman
kepada al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya, dan meyakini adanya hari akhir.
Salah satu dari kelima wujud takwa tersebut adalah berinfak kepada sesama
manusia. Hal inilah yang menjadi indikator bahwa puasa memiliki dimensi sosial.
Selain di dalam al-Quran, di dalam hadistpun dijelaskan bahwa puasa memiliki
dimensi sosial, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa
memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun
juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid
bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Di
dalam hadits tersebut, secara aplikatif dijelaskan bagaimana cara kita berinfak
di momentum bulan puasa, sehingga umat Islam berlomba-lomba untuk memberi orang
lain berbuka puasa. Selain itu, dimensi sosial puasa adalah orang-orang yang
kaya dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi orang miskin yang tidak bisa
makan, sehingga diharapkan bahwa rasa syukur dan empati antar sesama muncul
dengan wujud konkret. Ganjaran rasa syukur itu dijelaskan di dalam QS Ibrahim
ayat 7, bahwa ketika kita bersyukur, maka Allah SWT akan menambah nikmat yang
telah diberikan. Begitupun sebaliknya, ketika kita kufur, maka Allah akan
memberikan adzab yang sangat pedih.
Puasa
Ramadhan di Tengah Pandemi
Nuansa
pelaksanaan ibadah puasa pada Ramadhan kali ini berbeda dengan nuansa
pelaksanaan ibadah puasa pada bulan Ramadhan sebelumnya. Sebab, saat ini
seluruh penjuru dunia tengah diguncangkan oleh pandemi virus Corona (Covid-19)
yang mengakibatkan aktivitas sosial dalam skala besar tidak diperbolehkan,
dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Karena
pandemi ini bersamaan dengan bulan Ramadhan, maka muncul pertanyaan, apakah
dengan adanya pandemi ini, ibadah amaliah sosial yang biasa dilakukan saat
bulan Ramadhan dapat tergugurkan? Sebab, ada satu kaidah yang menyebutkan bahwa
mencegah keburukan itu lebih baik daripada mendatangkan manfaat.
Menurut
M. Quraish Shihab, Islam adalah agama yang mmberikan banyak alternatif
kepada umatnya untuk senantiasa dapat menjalankan ibadah. Maka, dengan
adannya pandemi ini di tengah bulan Ramadhan, bukan menjadi alasan untuk tidak
menjalankan ibadah amaliah sosial. Sebab, polanya tidak harus dijalankan
seperti amaliah sosial di bulan Ramadhan pada biasanya.
Sebut
saja misalnya, buka bersama yang biasa dilakukan ketika bulan Ramadhan
sebelumnya, tidak harus dilakukan pada bulan Ramadhan kali ini. Sebab, esensi
yang ada di dalam buka bersama adalah berbagi buka puasa dan silaturrahmi,
sehingga berbagi buka puasa dapat diwujudkan dengan memberi makan orang-orang
yang lebih membutuhkan akibat dampak Covid-19 ini. Kemudian silaturahmi dapat
diwujudkan dengan saling mendoakan.
Selanjuutnya,
muncul pertanyaan bahwa di tengah pandemi ini, orang-oarang dalam keadaan
serentak sama-sama membutuhkan, sehingga apakah dengan alasan tersebut, kita
tidak bisa berbagi buka puasa? Jawabannya, jelas bisa. Sebab, Rasulullah SAW
telah mencontohkan bagaimana cara berbagi di saat lapang. Dalam suatu riwayat
dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah berpesan soal memberi.
وَعَنْهُ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً,
فَأَكْثِرْ مَاءَهَا, وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ – أَخْرَجَهُمَا مُسْلِمٌ
Dari
Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila engkau memasak kuah, perbanyaklah airnya dan berilah kepada
tetanggamu.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2625]
Maksud
dari hadits tersebut adalah ketika kita masak daging, maka perbanyaklah
kuahnya, agar jika kita tidak bisa memberi daging yang banyak, daging yang
sedikit dan kuahnya yang banyak itu sudah cukup. Pesan moral yang dapat ditarik
dari hadiits ini adalah soal solidaritas dan berbagi saat lapang, walau hanya
sedikit.
Dalam
QS al-Balad ayat 11-14 dijelaskan bahwa gambaran orang yang memberi makan di
saat krisis itu adalah jalan mendaki dan sukar. Artinya, begitu mulianya orang
yang berbagi di saat lapang sampai diibaratkan seperti orang yang mendaki gunung
yang tinggi lagi terjal. Oleh karena itu, momentum bulan Ramadhan yang
bersamaan adanya pandemi ini, bukan menjadi alasan bagi umat manusia untuk
tidak melakukan ibadah amaliah sosial. Wallahu a’lamu bi al-shawaab
Oleh:
Abdurrahman Syafrianto, Peneliti di Pondok Pesantren Darul Qalam Monash
Institute Semarang, Alumnus Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat.
_11zon.jpg)
