Terdapat dua doktrin tentang uang yang menjadi cikal bakal
permasalahan umat dan bangsa dalam berpikir dan bertindak. Dua doktrin tersebut
adalah tentang tidak perlunya mencari uang, yang penting bersyukur dan
beribadah, maka urusan uang akan selesai, kemudian yang kedua adalah tentang
uang menjadi segala-galanya. Masing-masing doktrin tersebut berkembang pesat di
dalam dunia pendidikan, baik pendidikan Islam/pesantren maupun pendidikan umum.
Doktrin yang berkembang pesat di dunia pendidikan Islam adalah
doktrin yang mengatakan bahwa tidak perlu mencari uang, yang penting bersyukur dan
beribadah, maka urusan uang akan selesai. Hasil doktrin ini kemudian melahirkan
santri-santri yang miskin dan bermental miskin, karena sejak dini mereka sudah
dibekali untuk tidak memiliki etos kerja. Alhasil, muncullah rasa malas untuk
bekerja, padahal Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan umat Islam sangat
rajin dalam bekerja. Sejak kecil sudah mengembala domba dan di masa mudanya
menjadi pedagang yang sukses.
Doktrin yang berkembang pesat di dunia pendidikan umum adalah
doktrin tentang uang menjadi segala-segalanya. Doktrin inilah yang kemudian
melahirkan murid-murid yang materialistis. Apapun pekerjaan yang dilakukan,
pasti orientasinya adalah untuk mencari uang dan uang. Sadar atau tidak, hal
demikian berimplikasi pada semua elemen kehidupan yang ada. Mulai dari dunia
hukum, kedokteran, hingga pendidikan. Semua itu diatur oleh uang dan
dikomersilkan untuk kepentingan sektoral, sehingga mengabaikan substansi.
Melihat realitas saat ini bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia
gagal dalam melahirkan manusia terdidik yang mampu menjadi problem solver
terhadap persoalan umat dan bangsa. Selain disebabkan oleh doktrin soal uang
yang keliru, juga disebabkan oleh tolak ukur kecerdesan yang kurang tepat.
Sistem pendidikan Indonesia selama ini hanya mengukur kecerdasan seseorang
melalui nilai akademik yang itu belum tentu mencerdaskan.
Setiap orang dipukul rata untuk mencapai target nilai
akademis, padahal masing-masing orang memiliki minat dan bakat tertentu yang
harus disupport. Inilah yang tidak disadari oleh sistem pendidikan Indonesia,
sehingga banyak anak yang sebenarnya jenius, tapi dianggap bodoh. Karena itu,
Pesantren-Sekolah Alam Nurul Furqon Mlagen Pamotan Rembang atau yang biasa
dikenal dengan sebutan Planet Nufo hadir untuk mengatasi masalah sistem
pendidikan Indonesia yang belum berhasil mencetak ilmuan-ilmuan di bidangnya.
Ada banyak upaya yang dilakukan oleh Planet Nufo untuk
mengatasi masalah sistem pendidikan Indonesia yang belum berhasil. Upaya yang
dilakukan di antaranya; Dr. Mohammad Nasih, Pengasuh Pesantren-Sekolah Alam
Planet Nufo memberikan panduan kepada guru-guru Planet Nufo bahwa sistem
pendidikan itu harusnya mendorong dan memfasilitasi setiap minat dan bakat
anak, agar mereka bisa menjadi penemu dan menjadi ilmuan di bidangnya
masing-masing.
Abah Nasih juga memberikan doktrin kepada guru dan
santri-murid Planet Nufo bahwa umat Islam tidak cukup dengan bersyukur dan
beridabah, kemudian urusan uang aman, tapi butuh bekerja keras dan cerdas. Di
satu sisi, uang itu bukan menjadi segalanya, tapi segalanya butuh uang, artinya
apapun yang dilakukan membutuhkan uang. Dengan demikian, santri-murid akan
memiliki etos kerja yang berapi-api tanpa menghalalkan segala cara. Terbukti
dengan banyaknya ladang pekerjaan yang digeluti oleh santr-murid Planet Nufo.
Dr Mohammad Nasih yang akrab disapa Abah Nasih ini memiliki
dua qoute yang selalu disampaikan ke Santri-Murid dan Guru Mulia
Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo. Dua qoute itu adalah yang pertama kita
harus mandiri secara intelektual dan finansial, kemudian yang kedua adalah guru
itu harus mengaktifkan imajinasi dan memfasilitasi aksi.
Doktrin atau qoute Abah Nash itu tidak hanya selesai diucapan,
tapi benar-benar diimplementasikan oleh Planet Nufo dalam kegiatan sehari-hari.
Indikatornya, Planet Nufo tidak pernah membuat proposal bantuan dana ke siapa
pun, guru-gurunya rata-rata jenjang S2, kemudian tidak ada imajinasi guru
ataupun santri-murid yang tidak difasilitasi oleh Planet Nufo. Dengan demikian,
doktrin soal pendidikan di Planet Nufo menjadi antitesis dari doktrin
pendidikan pada umumnya. Wallahu a’lam bi al-shawaab.
_11zon.jpg)
