Sebuah Doktrin Antitesis Planet Nufo Soal Uang

0

 

Sebuah Doktrin Antitesis Planet Nufo Soal Uang


Terdapat dua doktrin tentang uang yang menjadi cikal bakal permasalahan umat dan bangsa dalam berpikir dan bertindak. Dua doktrin tersebut adalah tentang tidak perlunya mencari uang, yang penting bersyukur dan beribadah, maka urusan uang akan selesai, kemudian yang kedua adalah tentang uang menjadi segala-galanya. Masing-masing doktrin tersebut berkembang pesat di dalam dunia pendidikan, baik pendidikan Islam/pesantren maupun pendidikan umum.

Doktrin yang berkembang pesat di dunia pendidikan Islam adalah doktrin yang mengatakan bahwa tidak perlu mencari uang, yang penting bersyukur dan beribadah, maka urusan uang akan selesai. Hasil doktrin ini kemudian melahirkan santri-santri yang miskin dan bermental miskin, karena sejak dini mereka sudah dibekali untuk tidak memiliki etos kerja. Alhasil, muncullah rasa malas untuk bekerja, padahal Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan umat Islam sangat rajin dalam bekerja. Sejak kecil sudah mengembala domba dan di masa mudanya menjadi pedagang yang sukses.

Doktrin yang berkembang pesat di dunia pendidikan umum adalah doktrin tentang uang menjadi segala-segalanya. Doktrin inilah yang kemudian melahirkan murid-murid yang materialistis. Apapun pekerjaan yang dilakukan, pasti orientasinya adalah untuk mencari uang dan uang. Sadar atau tidak, hal demikian berimplikasi pada semua elemen kehidupan yang ada. Mulai dari dunia hukum, kedokteran, hingga pendidikan. Semua itu diatur oleh uang dan dikomersilkan untuk kepentingan sektoral, sehingga mengabaikan substansi.
Melihat realitas saat ini bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia gagal dalam melahirkan manusia terdidik yang mampu menjadi problem solver terhadap persoalan umat dan bangsa. Selain disebabkan oleh doktrin soal uang yang keliru, juga disebabkan oleh tolak ukur kecerdesan yang kurang tepat. Sistem pendidikan Indonesia selama ini hanya mengukur kecerdasan seseorang melalui nilai akademik yang itu belum tentu mencerdaskan.

Setiap orang dipukul rata untuk mencapai target nilai akademis, padahal masing-masing orang memiliki minat dan bakat tertentu yang harus disupport. Inilah yang tidak disadari oleh sistem pendidikan Indonesia, sehingga banyak anak yang sebenarnya jenius, tapi dianggap bodoh. Karena itu, Pesantren-Sekolah Alam Nurul Furqon Mlagen Pamotan Rembang atau yang biasa dikenal dengan sebutan Planet Nufo hadir untuk mengatasi masalah sistem pendidikan Indonesia yang belum berhasil mencetak ilmuan-ilmuan di bidangnya.

Ada banyak upaya yang dilakukan oleh Planet Nufo untuk mengatasi masalah sistem pendidikan Indonesia yang belum berhasil. Upaya yang dilakukan di antaranya; Dr. Mohammad Nasih, Pengasuh Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo memberikan panduan kepada guru-guru Planet Nufo bahwa sistem pendidikan itu harusnya mendorong dan memfasilitasi setiap minat dan bakat anak, agar mereka bisa menjadi penemu dan menjadi ilmuan di bidangnya masing-masing.

Abah Nasih juga memberikan doktrin kepada guru dan santri-murid Planet Nufo bahwa umat Islam tidak cukup dengan bersyukur dan beridabah, kemudian urusan uang aman, tapi butuh bekerja keras dan cerdas. Di satu sisi, uang itu bukan menjadi segalanya, tapi segalanya butuh uang, artinya apapun yang dilakukan membutuhkan uang. Dengan demikian, santri-murid akan memiliki etos kerja yang berapi-api tanpa menghalalkan segala cara. Terbukti dengan banyaknya ladang pekerjaan yang digeluti oleh santr-murid Planet Nufo.

Dr Mohammad Nasih yang akrab disapa Abah Nasih ini memiliki dua qoute yang selalu disampaikan ke Santri-Murid dan Guru Mulia Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo. Dua qoute itu adalah yang pertama kita harus mandiri secara intelektual dan finansial, kemudian yang kedua adalah guru itu harus mengaktifkan imajinasi dan memfasilitasi aksi.

Doktrin atau qoute Abah Nash itu tidak hanya selesai diucapan, tapi benar-benar diimplementasikan oleh Planet Nufo dalam kegiatan sehari-hari. Indikatornya, Planet Nufo tidak pernah membuat proposal bantuan dana ke siapa pun, guru-gurunya rata-rata jenjang S2, kemudian tidak ada imajinasi guru ataupun santri-murid yang tidak difasilitasi oleh Planet Nufo. Dengan demikian, doktrin soal pendidikan di Planet Nufo menjadi antitesis dari doktrin pendidikan pada umumnya. Wallahu a’lam bi al-shawaab.


Oleh: Abdurrahman Syafrianto, S.H.

(Guru Mulia Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo Mlagen Pamotan Rembang, Owner Absya Computer) 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)