Abdurrahman Syafrianto yang akrab disapa Rahman
dan mendapat julukan Panglima Lereng Merapi dari Brigjen Pol. Abiyoso Seno Aji, Kapolrestabes Kota
Semarang Periode 2016-2019 ini dilahirkan
di Dusun Lentek Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Provinsi
NTB pada 18 Juni 1998. Salah satu daerah
yang tertinggal di negara Indonesia, tapi memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah ruah.
Rahman dilahirkan dari seorang Bapak bernama
Birianto dan Ibu bernama Baiq Nurhayati. Sepasang suami istri yang jenjang
pendidikannya sampai SLTA, sehingga pekerjaan sehari-harinnya pada waktu itu
untuk membesarkan anaknya adalah dengan menjadi petani dan peternak. Kemudian
ditambah dengan Ibunya yang berjualan minuman dan makanan, sedangkan Bapaknya
merantau ke Malaysia untuk menjadi TKI. Uang dari hasil itulah kemudian
keluarga Rahman berhasil membuat rumah sendiri, karena sebelumnya nebeng di rumah
orang tua Bapak Rahman.
Bapak Rahman terbilang rajin menunaikan ibadah sholat
wajib 5 waktu secara berjama’ah di Masjid dan dalam riwayat pendidikannya
pernah nyantri, sehingga membuat Bapak Rahman diangkat menjadi Kiyai. Kemudian
karena profesi petani dan peternak belum terlalu bisa memenuhi kebutuhan
keluarga Bapak Rahman, akhirnya Bapak Rahman daftar kuliah S1 agar mendapatkan
pekerjaan tambahan, sehingga bisa menambah penghasilan untuk menghidupi
keluarga dan menyekolahkan anaknya.
Alhasil, Bapak Rahman lulus kuliah S1 dan menjadi guru di SD Negeri
Lentek dengan status awalnya sebagai guru honorer dan sekarang naik status sebagai
guru PPPK.
Karena melihat kondisi perekonomian dan semangat
orang tua, Rahman bertekad untuk mengubah kehidupan keluarganya agar menjadi
lebih baik. Karena itu, Rahman memutuskan untuk keluar dari sarangnya demi
pergi menimba ilmu.
Setiap jenjang Pendidikan yang ditempuh, Rahman
selalu berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain. Mulai dari pendidikan
dasar di kampung halaman, pendidikan menengah pertama di lintas dusun,
pendidikan menengah atas/kejuruan di lintas kabupaten, hingga pendidikan S1 di
lintas provinsi. Salah satu yang memotivasi Rahman adalah perkataan Imam
Syafi’i: “Berdiam diri, stagnan, dan menetap di tempat mukim, sejatinya
bukanlah peristirahatan bagi mereka pemilik akal dan adab, maka berkelanalah,
tinggalkan negerimu (demi menuntut ilmu dan kemuliaan).
Rahman menyelesaikan Pendidikan dasar di SD Negeri
Lentek, Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 7 Pujut Lombok Tengah, dan
Pendidikan menengah kejuruan di SMK Plus Nurul Hakim Kediri Lombok Barat dan
sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri. Di masa putih abu-abu
inilah Rahman tersadarkan akan jerih payah orang tua demi menghidupi dan
menyekolahkan anaknya, sehingga Rahman pun bertekad untuk mengukir
berbagaimacam prestasi demi bisa membuat orang tua bangga dan bahagia.
Alhamdulillah, tekad Rahman pun tercapai. Ia
mendapatkan berbagaimacam prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non
akademik. Dalam bidang akademik, Rahman meraih juara kelas berturut-turut (jika
tidak juara 1, maka juara 2), kemudian meraih predikat sebagai lulusan terbaik SMK Plus
Nurul Hakim Kediri Tahun 2016 dan predikat kedua terbaik perolehan nilai Ujian
Nasional (UN). Dalam bidang non akademik, Rahman beberapa kali meraih juara
lomba Karate, baik di tingkat sekolah maupun tingkat Kabupaten.
Setelah dari bangku sekolah, Rahman memtuskan
untuk lanjut ke bangku perkuliahan di Jawa, karena menurut Rahman, pulau Jawa
menjadi pusat pendidikan di Indonesia. Alhasil, Rahman kuliah S1 Prodi Hukum
Ekonomi Syariah FSH UIN Walisongo Semarang dan menjadi mahasantri di Rumah
Perkaderan dan Tahfidh al-Qur’an Monasmuda Institute Semarang. Dari menjadi
mahasantri di Rumah Perkaderan dan Tahfidh al-Qur’an Monasmuda Institute
Semarang inilah Rahman disadarkan akan pentingnya berpikir besar bahwa tujuan
hidup ini tidak hanya untuk membahagiakan orang tua atau keluarga sendiri saja,
tapi untuk membahagiakan banyak orang
(ummat). Karena itu, jalan untuk membahagiakan ummat adalah dengan berilmu,
berharta, dan berkuasa (trilogi Monasmuda Institite).
Dalam dunia oganisasi, Rahman mempunyai pengalaman
menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (MENPORA), Menteri Kedisiplinan dan Hukum
(MENDISHUK), Presiden di Rumah Perkaderan dan Tahfidh al-Qur’an Monasmuda
Institute Semarang. Selain itu, ia aktif di organisasi HImpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Partai Kebangkitan Mahasiswa (PKM), dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia
(GPII). Adapun posisi yang pernah dijabat oleh Rahman adalah sebgai Ketua
Bidang PTKP (Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan) HMI Komisariat
Syariah Walisongo Semarang 2017-2018, Ketua Bidang PTKP HMI Korkom Walisongo
Semarang 2018-2019, Sekretaris Partai Kebangkitan Mahasiswa UIN Walisongo
Semarang 2018-2019, Ketua Bidang Litbang BPL HMI Cabang Semarang 2019-2020, Sekretaris Umum PD GPII Kota Semarang,
Departemen Bidang Hukum dan HAM PW GPII Jawa Tengah, Departemen Bidang
Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga PW Masika ICMI Jawa Tengah.
Semasa menjabat sebagai Ketua Bidang PTKP HMI
Koorkom Walisongo Semarang 2018-2019, Rahman mendapat gelar Panglima Lereng
Merapi dari Kapolrestabes Kota Semarang. Gelar itu ia dapatkan ketika audiensi
di Polrestabes Kota Semarang mengenai kasus tindakan represif dan kekerasan
yang dilakukan oleh oknum kepolisian. Pada saat audiensi, Rahman bicara soal
kritiknya terhadap institusi kepolisian di depan Kapolrestabes dan aparat
kepolisian yang lain dengan lantang. Karena keberaniannya itulah, ia kemudian
diberi gelar oleh Brigjen Pol. Abiyoso Seno Aji,
Kapolrestabes Kota Semarang Periode 2016-2019 sebagai Panglima Lereng Merapi.
Kisah kasih perjuangan selama menjadi aktivis mahasiswa
S1, Rahman dokumentasikan dalam sebuah buku karyanya yang berjudul “Reformulasi
Gerakan Mahasiswa Milenial”. Buku itu berisi kumpulan tulisan opini Rahman yang
dihasilkan dari membaca, kajian di Monashmuda Institute, diskusi di HMI,
pergerakan di kampus, dan aksi-aksi memprotes kebijakan kampus dan pemerintah.
Setelah lulus pendidikan S1, Rahman kemudian lanjut pendidikan S2 di Prodi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES). Awalnya tidak terbesit di pikiran Rahman untuk melanjutkan ke jenjang S2, yang terbesit hanyalah nanti setelah lulus S1, Rahman langsung kembali ke kampung halaman. Namun, Rahman disadarkan oleh Dr. Mohammad Nasih, Guru Utama di Rumah Perkaderan dan Tahfidh al-Qur’an Monasmuda Institute Semarang bahwa dengan bekal S1 saja tidak cukup untuk mengubah dunia atau bahkan melakukan perubahan di kampung halaman yang tergolong sebagai daerah tertinggal, tapi harus sampai S3. Mengingat, dalam target Monasmuda Institute juga, laki-laki itu harus sampai ke jenjang pendidikan S3. Karena itu, Rahman bertekad tidak ingin kembali ke kampung halaman sebelum sampai S3 dan sukses.. Sebab, meskipun sebagai anak daerah tertinggal, Rahman bercita-cita ingin mengubah dunia.
Selain melanjutkan studi S2, Rahman diberikan kesempatan oleh Dr. Mohammad Nasih untuk mengajar di Pesantren dan Sekolah Alam Planet Nufo (Nurul Furqon) Mlagen Rembang. Karena menjadi aktivis bukanlah aktivitas musiman, maka Rahman pun terus melanjutkan dunia aktivismenya dengan tetap bersuara lewat tulisan ketika ada kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat dan menjadikan aktivitas mengajar di Planet Nufo sebagai media untuk memprovokasi para siswa agar memiliki jiwa kritis terhadap penguasa. Alhasil, sebagian dari siswa yang diajar oleh Rahman, menuliskan narasi kritis dan perlawanannya terhadap Pemerintah baik lewat tulisan opini, cerpen, maupun puisi. Dengan kesempatan inilah, Dr. Mohammad Nasih berharap Rahman bisa memantaskan diri menjadi agen of change, khususnya untuk daerah NTB dan umumnya untuk negara Indonesia.***
_11zon.jpg)

Mantab, Ustdz Rohman. Semoga menjadi Amal jariyah. Aamiin.
BalasHapus