Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran para pemudanya. Rekam
jejak para pemuda sebagai penentu nasib bangsa sudah tercatat dalam lembaran
sejarah. Cikal bakal gerakan pemuda
Indonesia yang paling monemental adalah pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada
waktu itu, para pemuda mengumandangkan sebuah ikrar yang dikenal dengan istilah
“sumpah pemuda”.
“Kami
Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia. Kami Putra dan Putri
Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami
Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” itulah
teks sumpah pemuda yang telah diikrarkan. Teks tersebut bukanlah teks belaka,
melainkan mempunyai makna yang sangat mendalam, yang dapat menggambarkan semangat
persatuan yang dipertontokan oleh para pemuda pada waktu itu.
Sumpah
pemuda merupakan komitmen awal yang dapat dicatat sebagai tekad politik untuk
membangun sebuah negara (statebood). Dari peristiwa itulah, spirit
kemerdekaan mulai terbentuk. Spirit
tersebut lahir akibat dari realitas kehidupan yang pada waktu itu bangsa
Indonesia dijajah oleh Barat. Para pemuda dan kaun cendekia sadar akan hal itu,
sehingga bersatu padu untuk melawan hingga pada puncak kemenangan, yaitu pada
17 Agustus 1945,
Pada
tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya di
bawah komando Soekarno-Hatta. Soekarno kemudian dicatat dalam lembaran sejarah sebagai presiden pertama Republik
Indonesia. Soal kemerdekaan, Soekarno pernah berkata bahwa kemerdekaan hanya
bisa diperoleh dan diamankan oleh sebuah bangsa yang semangatnya mengamuk
dengan tekad: Merdeka atau Mati!
Menagih
Kembali Fungsi Pemerintah
Kini
Indonesia sudah berusia 74 tahun, umur yang terbilang tua jika disandarkan
kepada karakteristik manusia. Saat ini, Indonesia dinahkodai oleh Presiden Joko
Widodo untuk kali kedua secara berturut-berturut. Walau sudah berusia 74 tahun,
apa yang menjadi wasiat Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia,
belum sepenuhnya terealisasi. Wasiat tersebut dibungkus dengan istilah Trilogi
Bung Karno yang berbunyi: Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan.
Kendati
berhasil memproklamirkan kemerdekaanya, Indonesia pada dasarnya belum merdeka
seutuhnya. Sebab, kekayaan Sumber Daya
Alam (SDA) yang dmiliki belum bisa dikelola sebagaimana mustinya, sehingga
sampai saat ini masih banyak rakyat yang faqir dan miskin, bahkan
terlantar. Lalu apa fungsi pemerintah
selama ini?
Dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945 telah
termaktub bahwa negara (baca: pemerintah) Indonesia memilki kewajiban untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Namun, itu semua hanyalah teks belaka yang tak berarti. Sebab, masih banyak
kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat kecil, sehingga dapat
dikatakan bahwa Indonesia saat ini dijajah oleh “bangsa sendiri”.
Setiidaknya
ada dua faktor yang menyebabkan para pemuda belum mampu melawan penjajahan yang
dilakukan oleh “bangsa sendiri”. Pertama,
secara umum para pemuda belum satu suara dan sadar bahwa musuh bersamanya
saat ini adalah “bangsa sendiri”. Dulu sebelum kemerdekaan, para pemuda satu
suara dan sadar bahwa musuh bersamanya adalah penjajahan dan imperialisme
Barat, sehingga dapat melakukan perlawanan secara masif.
Kedua,
semangat
persatuan yang telah dicontohkan oleh para pemuda terdahulu sudah pudar. Padahal, mereka para pendahulu berhasil
melawan karena adanya persatuan yang dimilikinya. Berbeda dengan kondisi saat
ini, para pemuda bergerak atas dasar kepentingannya masing-masing. Bahkan,
antar pemuda saling berselesih.
Melihat
realitas demikian, maka para pemuda hari ini harus segera sadar dan bersatu
melawan penjajahan yang dilakukan oleh “bangsa sendiri”. Sebab, mau tidak mau,
di tangan pemuda nasib bangsa ini dititipkan. Baik-buruk negara ini tergantung
kepada kualitas para pemudanya. Pemuda saat ini adalah pemimpin masa depan.
Soekarno
pernah berpesan bahwa seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang pemuda
mampu mengubah dunia. Itulah pesan Soekarno yang dapat menggambarkan bagaimana
berpengaruhnya seorang pemuda. Wallsahu a’lam bi al-shawab
Oleh: Abdurrahman Syafrianto, Sekretaris Umum Pimpinan Daerah GPII Kota Semarang dan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang
Sumber: Baladena.ID
_11zon.jpg)
